Anaphalis javanica (Bunga Edelweis)

Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus,...

Orangutan Sumatera

Orangutan Sumatra (Pongo abelii) adalah spesies orangutan terlangka. Orangutan Sumatra hidup dan endemik terhadap Sumatra, sebuah pulau yang terletak di Indonesia.

Kera Emas Berhidung Pesek

Satu lagi spesies langka dari jenis kera ditemukan di daratan China, kera ini sangat langka dan tidak memiliki kebiasaan menahan napas seperti yang umumnya dilakukan kera-kera lain.

Kukang Jawa, Si Malu-malu yang Hampir Punah

Kukang jawa adalah kukang yang paling terancam punah. Kukang bernama latin Nycticebus javanicus ini menjadi salah satu primata paling langka di Indonesia.

Mawar Hitam Ternyata Ada, Tumbuh Alami di Turki

Pernah terbayang menerima bunga mawar hitam? Bunga ini benar-benar ada di negara Turki, bunga mawar hitam tumbuh alami di sana.

Senin, 02 Juni 2014

Musik Pengaruhi Otak Manusia dengan Cara Tak Biasa


Musik sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Berbagai manfaat dapat dirasakan dari bermusik atau mendengarkan musik, termasuk membentuk otak. Musik bisa mengubah struktur otak pemainnya dan meningkatkan keterampilan kognitif pada anak-anak dan orang dewasa.

Selain itu, musik bisa memberikan manfaat yang tidak biasa. Berikut ini empat cara tak biasa dari musik dalam mempengaruhi otak manusia, seperti dikutip dari Live Science,Jumat, 30 Mei 2014.

1. Musik menggali kenangan yang "hilang".
Musik memiliki kekuatan untuk mengembalikan kenangan. Dari sinilah para peneliti akhirnya menggunakan musik sebagai metode pengobatan terhadap pasien yang memiliki masalah memori. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnalNeuropsychological Rehabilitation tahun 2013 disebutkan bahwa memperdengarkan lagu-lagu hit dari zaman ke zaman lebih efektif digunakan untuk memunculkan kenangan dibandingkan dengan melakukan wawancara.

2. Musik dapat mengasah keterampilan mendeteksi emosi.
Pelatihan musik bisa mengubah manusia menjadi detektor emosi yang lebih baik. Dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam European Journal of Neuroscience tahun 2009 disebutkan bahwa otak para musikus mampu merespons emosi lebih cepat dan akurat dibandingkan dengan non-musikus, bahkan ketika musik tidak sedang dimainkan.

3. Musik menghalangi kebisingan.
Penuaan otak akan membuat kemampuan manusia meredam kebisingan semakin menurun. Namun, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Neurosciencetahun 2013, seseorang yang ketika kanak-kanak mendapatkan pelajaran musik memiliki kemampuan meredam bising lebih baik, bahkan ketika mereka sudah dewasa. Hal ini membuat mereka mampu mendeteksi suara tertentu di tengah kebisingan.

4. Musik membantu belajar bahasa.
Menyanyikan lagu berbahasa asing merupakan cara efektif untuk mempelajari bahasa tersebut. Nada dan melodi membuat telinga dan lidah kita lebih mudah mempelajari bahasa asing. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Memory & Cognition 2014 melakukan percobaan kepada 60 orang. Mereka diminta mendengarkan dan melafalkan ulang bahasa Hungaria yang sama sekali asing bagi mereka. Kelompok pertama diminta hanya mengulangi frasa. Kelompok kedua diminta mengulangi frasa dengan irama. Dan, kelompok ketiga diminta mengulangi frasa dengan nyanyian. Hasilnya, kelompok yang mengulangi frasa dengan nyanyian memiliki hasil tes bahasa Hungaria yang lebih tinggi di antara dua kelompok lainnya.

Sensasi Salju di Puncak Jaya, Pegunungan Jayawijaya Papua



Pegunungan Jayawijaya merupakan satu-satunya pegunungan di Indonesia yang bagian puncaknya terdapat salju yang juga disebut salju abadi, meski tidak seluruh puncak dari gugusan pegunungan ini memiliki salju, bahkan sayangnya salju lain yang terdapat di beberapa puncak malah sudah hilang akibat perubahan cuaca yang ekstrim, Puncak Jaya adalah salah satu yang masih memiliki salju di bagian atasnya. Puncak ini dinamai juga Poentjak Soekarno atau Cartenzs Puramid dan termasuk dari 7 puncak gunung tertinggi di Indonesia. Bukan hanya sekedear memiliki pucak yang tinggi, daya tariknya seperti yang sudah disebutkan diatas yakni menjadi salah satu dari tiga gletser di kawasan tropis yang tersisa (Selain Andes – Peru, Tanzania, dan Kilimanjaro).
Lokasinya yang jauh bukan berarti tidak mungkin dicapai, anda bisa memulai petualangan anda dengan menempuh perjalanan dari daerah Ilaga atau Sugapa di Kabupaten Puncak Jaya, lama perjalanan diperkirakan hingga hampir satu minggu untuk sampai bagian puncaknya. Untuk bisa sampai Ilaga ? Sugapa harus dari Nabire, dari situ anda harus naik pesawat perintis sekitar 45 menit dan tarif yang lumayan, mulai dari Rp. 950.000-an, banyak pendaki yang menyewa porter, namun itupun bila anda punya dana yang cukup banyak karena harganya tergolong tinggi.

Sebelum memulai petualangan ini baiknya anda menyiapkan fisik sebelum memulai perjalanan supaya kondisi anda prima, apalagi untuk daerah puncak pegunungan suhunya bisa mencapai hingga 0 derajat celcius., selain itu anda wajib mengantungi surat ijin dari pemerintah terkait yang berwenang, hal ini semata-mata dilakukan pun demi kebaikan kita sebagai pendaki atau pengunjung karena medan yang akan anda tempuh tidak hanya lama, sulit tetapi juga berbahaya. Memang tidak murah dan tidak mudah untuk mencapai Puncak Jaya ini, namun hal tersebut akan sebanding dengan sensasi kepuasaan tersendiri yang tak terlukiskan kata-kata bila anda berhasil memijakkan kaki disana, keindahan pemandangan yang serba hijau tentu akan mempesona anda, untuk sementara ini melihat dari medan yang sulit plus waktu serta jarak tempuh yang membutuhkan waktu khusus mungkin memang lebih baik lagi bila pendakian dilakukan oleh pendaki profesional, kalaupun bagi anda yang tidak biasa dengan kegiatan ini, bisa didampingi oleh mereka yang memiliki kemampuan mendaki serta pengalaman khusus dalam hal ini.

Gunung Gede


Gunung Gede merupakan tempat paling favorit untuk pendakian dan berkemah. Hampir setiap pekan, ada saja pencinta alam yang mencoba mendaki puncak Gunung Gede setinggi 2.958 meter itu. Puncak-puncaknya dapat terlihat dengan jelas dari Cibodas Kecamatan Pacet.

Disampingnya berdiri sangat kokoh Gunung Pangrango yang bila dilihat dari kejauhan nampak seperti segitiga runcing sedangkan Gunung Gede berbentuk kubah. Kedua gunung yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGP) ini memiliki keindahan alam asli. Di Puncak Gunung Gede terdapat kawah aktif (terakhir meletus pada 1957) serta padang rumput yang ditumbuhi bunga abadi (Edelweis/Anapahlis javanica) yang merupakan daya tarik bagi pendaki. Puncak lainnya yang kerap dikunjungi pendaki gunung adalah Mandalawangi (3.002 m), Sukaratu (2.836 m), dan Gunung Gemuruh (2.928 m). 

Disampingnya berdiri sangat kokoh Gunung Pangrango yang bila dilihat dari kejauhan nampak seperti segitiga runcing sedangkan Gunung Gede berbentuk kubah. Kedua gunung yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGP) ini memiliki keindahan alam asli. Di Puncak Gunung Gede terdapat kawah aktif (terakhir meletus pada 1957) serta padang rumput yang ditumbuhi bunga abadi (Edelweis/Anapahlis javanica) yang merupakan daya tarik bagi pendaki. Puncak lainnya yang kerap dikunjungi pendaki gunung adalah Mandalawangi (3.002 m), Sukaratu (2.836 m), dan Gunung Gemuruh (2.928 m).

Edelweis : Bunga langka pesona Gunung Gede
Dari puncak Gunung Gede dapat disaksikan kota-kota terdekat, yakni Cipanas di sebelah utara, Sukabumi di selatan, Bogor di barat laut, dan Cianjur di sebelah timur. 

Puncak Gunung Gede

Pendakian terhadap Gunung Gede dapat dimulai dari Pos Jaga yang terletak di dalam Kebun Raya Cibodas. Melalui hutan tropis yang sangat indah, selama pendakian menuju Pondok Kandang Badak (4 jam) yang sebelumnya melewati pertigaan ke arah Air Terjun Cibeureum (1 jam) akan dijumpai 2-3 pondok, mata air dan air panas. Bila kelelahan, bisa istirahat di Pondok Kandang Badak.

Puncak Gunung Gede
Sementara itu satwa liar yang bisa dijumpai di sepanjang pendakian adalah owa (hylobates moloch), surili (Presbitis comata), lutung (Trachypithecus auratus), kera (Macaca fascicularis), macan tutul (Panthera pardus), mencek (Muntiacus muntjak), dan elang jawa (Spizaelus bartelsii).

Gunung Semeru



Gunung Semeru, adalah sebuah gunung berapi tertinggi di Jawa Timur dan kedua tertinggi se Jawa, tepatnya terletak di Kabupaten Lumajang. Gunung Semeru memiliki ketinggian 3,676 meter di atas permukaan laut dan juga dikenal sebagai Mahameru atau Gunung Agung.
Nama Semeru berasal dari mitos Hindu-Buddha, yaitu gunung Meru atau Semeru, yang merupakan tempat tinggal para dewa.
Gunung Semeru merupakan gunung berapi yang masih sangat aktif dan setiap lebih kurang 20 menit sekali kawahnya mengeluarkan abu vulkanik berwarna hitam dan pasir. Orang pertama yang mendaki gunung ini adalah CLIGNET (1838) seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda dari sebelah barat daya lewat Widodaren, selanjutnya Junhuhn (1945) seorang ahli botani berkebangsaan Belanda dari utara lewat gunung Ayet-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo. Tahun 1911 Van Gogh dan Heim lewat lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui Ranupane dan Ranu Kumbolo seperti sekarang ini.
Flora yang hidup di Semeru bervariasi, namun sebagian besar didominasi oleh pohon pinus, akasia dan jamuju. Ada juga anggrek Edelweis dan endemik yang dapat ditemukan disekitar puncak Semeru.
Sementara, ada juga beberapa fauna yang dapat ditemukan seperti, macan, monyet daun, musang, rusa, tikus hutan dan banyak lagi.

Minggu, 01 Juni 2014

VISI DAN MISI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA



VISI DAN MISI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA


Visi :

Universitas utama yang menghasilkan lulusan unggul dalam kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, dan sosial.

Misi :

  1. Menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan Al Islam dan Kemuhammadiyahan.
  2. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dengan prinsip belajar sepanjang hayat.
  3. Menyelenggarakan penelitian dengan prinsip kebebasan berpikir ilmiah dalam skala nasional dan internasional.
  4. Menyelenggarakan pengabdian dan pemberdayaan masyarakat dengan prinsip kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat.
  5. Mengembangkan jiwa kewirausahaan dalam berbagai bidang ilmu, teknologi dan seni untuk kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.
  6. Menyiapkan sumber daya insani yang berkarakter, cerdas, kreatif, dan kompetitif dalam skala nasional dan internasional.

Tujuan :

  1. Menyiapkan intelektual yang beriman dan bertakwa pada Allah Swt. berakhlak mulia, percaya pada diri sendiri serta dapat beramal
    sesuai dengan bidang ilmu dengan ikhlas demi terwujudnya masyarakat utama yang diridhai oleh Allah Swt.
  2. Mengembangkan dan menyebarluaskan berbagai ilmu pengetahuan Panduan UHAMKA serta pemanfaatannya untuk memajukan Islam dan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.
  3. Menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cerdas dan kompetitif dalam berbagai bidang yang berjiwa wirausaha.
  4. Menyiapkan Kader persyarikatan, kader umat, dan kader bangsa dalam rangka mewujudkan cita-cita Muhammadiyah sebagai penggerak dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang berpedoman kepada Al-Quran dan Sunnah.
  5. UHAMKA sebagai pusat unggulan gerakan dakwah Muhammadiyah.

Keunggulan Lulusan Uhamka


1. Cerdas Spiritual
Taat mengamalkan ajaran agama, rajin beribadah, berakhlak mulia, berhati nurani, layak menjadi teladan.

2. Cerdas Intelektual
  1. Smart
  2. Kreatif
  3. Inovatif
  4. Obyektif
  5. Tangkas
  6. Menjadi solusi bagi masyarakat

3. Cerdas Emosional
  1. Sadar akan diri sendiri
  2. Berprinsip lebih baik "memberi" dari pada "menerima"
  3. Berempati / tanpa selira
  4. Bersemangat untuk berprestasi
  5. Pandai bekerjasama / bersinergi

4. Cerdas Sosial
  1. Bermanfaat bagi lingkungan
  2. Toleran / tenggang rasa
  3. Mengahargai orang lain
  4. Gemar bersilahturahmi
  5. Merasa menjadi bagian tak terpisahkan dari lingkungan sosial
  6. Merasa bertanggung jawab menjadi elemen persyarikatan Muhammadiyah

Kukang Jawa, Si Malu-malu yang Hampir Punah


Klasifikasi ilmiah :
Kerajaan        : Animalia.
Filum             : Chordata.
Kelas              : Mamalia.
Ordo               : Primata.
Famili             : Lorisidae.
Genus             : Nycticebus. 
Spesias           : Nycticebus javanicus.

Kukang jawa adalah kukang yang paling terancam punah. Kukang bernama latin Nycticebus javanicus ini menjadi salah satu primata paling langka di Indonesia. Kukang jawa pun lebih langka dibanding 2 jenis kukang Indonesia lainnya bahkan dibanding 13 jenis (spesies) kukang lainnya yang ada di dunia. Kukang jawa bahkan termasuk dalam Daftar 25 Primata Terlangka di Dunia (Top 25 Most Endangered Primates) versi IUCN.
Di dunia terdapat 14 jenis kukang yang 3 diantaranya hidup di Indonesia. Ketiga jenis kukang tersebut adalah kukang jawa (Nycticebus javanicus), kukang borneo (N. menagensis), dan kukang besar (N. coucang).
Kukang jawa atau javan slow loris mempunyai nama latin Nycticebus javanicus. Spesies ini mempunyai nama sinonim Nycticebus coucang javanicus dan Nycticebus ornatus.Hewan endemik pulau Jawa terkadang dikenal juga sebagai malu-malu, muka, atau oces.

Diskripsi Fisik dan Perilaku

Panjang tubuh kukang jawa, baik jantan maupun betina, berkisar antara 280-320 mm. Ekornya relatif pendek dengan panjang sekitar 10-20 mm. Kukang jawa jantan dewasa mempunyai berat sekitar 575 gram, sedangkan betinanya seberat 750 gram.
Pola wajah kukang jawa khas. Bulu pada bagian moncong dan dahi berwarna putih. Pada daerah  mata dan telinga, berwarna lebih gelap. Juga pola garis gelap memanjang yang terdapat mulai dari atas kepala hingga ke belakang. Sedangkan warna rambut tubuhnya kelabu keputih-putihan.


Sebagaimana jenis kukang lainnya, javan slow loris ini merupakan hewan nokturnal (aktif di malam hari). Kukang juga hewan arboreal, menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon. Pergerakan kukang lambat dan tidak agresif. Untuk berpindah antar pohon mereka tidak melompat namun hanya merambat. Selebihnya mereka cenderung diam. Karena pergerakannya yang lambat kukang kerap disebut ‘malu-malu’.
Meskipun pergerakannya lambat, namun saat berburu makanan, kukang jawa mampu bergerak lincah. Makanan kukang jawa antara lain buah-buahan, serangga, kadal, tikus, dan telur.
Habitat kukang jawa (Nycticebus javanicus) meliputi hutan primer dan hutan sekunder, hutan bambu, hutan bakau, hingga di daerah perkebunan. Daerah persebarannya meliputi pulau Jawa bagian barat dan tengah seperti di Banten, Jawa Barat, dan beberapa kawasan di Jawa Tengah. Beberapa kawasan yang menjadi tempat tinggalnya diantaranya adalahTaman Nasional Ujung Kulon, TN Gede Pangrango, TN Halimun Salak, gunung Slamet, dan Dieng.

Populasi dan Konservasi Kukang Jawa

Diantara berbagai jenis kukang, kukang jawa merupakan spesies yang paling terancam kepunahan. Oleh IUCN Red List primata pemalu ini dikategorikan dalam status keterancaman tertinggi, Critically Endangered. Oleh CITES, bersama dengan kukang besar dan kukang borneo, kukang jawa didaftar dalam Apendiks I. (Baca: Daftar Mamalia Indonesia dalam Apendiks I CITES).
Kukang jawa bahkan masuk dalam daftar Top 25 Most Endangered Primates (25 Primata Terlangka di Dunia) edisi edisi 2008-2010 dan 2012-2014. Daftar ini dirilis oleh IUCN Species Survival Commission Primate Specialist Group bersama International Primatological Society (IPS), Conservation International (CI), dan Briston Conservation and Science Foundation.
Dalam 24 tahun terakhir, menurut studi IUCN, populasi kukang jawa mengalami penurunan hingga 80 persen. Penurunan populasi ini diakibatkan oleh hilangnya habitat akibat kerusakan hutan dan alih fungsi hutan, serta maraknya perburuan kukang untuk dijadikan hewan peliharaan.
Kukang banyak diperjualbelikan di pasar-pasar hewan, pasar burung, hingga jual beli online (Baca: Jual Beli Binatang Langka). Banyak yang tertarik untuk memeliharanya lantaran tingkah lakunya yang terkesan malu-malu dan jinak. Padahal kukang merupakan binatang buas, bertaring dan berkuku tajam, bahkan mempunyai bisa.
Aktifitas perburuan dan jual beli kukang merupakan hal ilegal. Selain tercatat sebagai spesies Critically Endangered (IUCN Red List) dan masuk Daftar Apendiks I CITES, kukang jawa termasuk salah satu binatang yang dilindungi berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999.

Monyet Ini Telah Lama Punah, Ternyata Ditemukan Lagi di Indonesia!



Ilmuwan yang meneliti hutan hujan tropis di Indonesia menemukan kembali spesies monyet besar dan berwarna abu-abu yang diduga telah punah.

Mereka menemukan kembali langur abu-abu (Presbytis hosei canicrus) yang memiliki wajah hitam dengan bulu-bulu halus di bagian leher yang berwarna abu-abu.
Penemuan itu tak disengaja. Tim sebenarnya sedang memasang kamera jebakan untuk menangkap gambar orangutan, leopard, dan lainnya di hutan Wehea, dibagian timur Kalimantan, Juni 2011.
Tak disangka, dedaunan bergerak-gerak dan tampak grup monyet yang tak pernah dijumpai sebelumnya, tiba-tiba muncul! Wow!
Penemuan itu menantang tim ilmuwan yang dikepalai oleh Brent Loken dari Simon Fraser University di Kanada.
Mereka tak punya foto langur abu-abu. Satu-satunya yang dimiliki hanyalah sebuah sketsa dari museum!
“Kami gembira luar biasa mengetahui fakta bahwa ternyata monyet jenis ini masih ada, juga bahwa ini didapati di Wehea, Kalimantan,” kata Loken seperti dikutipAP,  Januari 2012.
Langur yang memiliki ciri mata agak tertutup dan hidung serta bibir yang berwarna sedikit pink ini dipercaya tersebar di Kalimantan, Jawa, Sumatera, dan Thailand. Namun, sebelumnya dinyatakan bahwa jenis ini sudah punah!
Aktivitas pembakaran hutan, konversi lahan, dan pertambangan diduga menjadi sebab jenis ini makin sulit ditemukan.
“Bagi saya, penemuan monyet ini adalah representasi betapa banyaknya spesies yang ada di Indonesia,” ucap Loken.
“Ada banyak satwa yang ciri khas dan sebarannya sangat sedikit kita ketahui menghilang begitu cepat. Rasanya, banyak jenis satwa ini akan punah dengan cepat,” tambah Loken.
Sebagai langkah lanjut dari penemuan ini, ilmuwan akan meneliti lebih jauh jumlah langurabu-abu yang ada di wilayah seluas 38.000 hektar. Sejumlah ilmuwan internasional dan dari Indonesia akan terlibat. “Kita akan coba sebisa mungkin. Namun, ini seperti berpacu melawan waktu,” kata Loken.

Pakar primata yang tak tergabung dalam studi ini, Erick Meijaard, menyatakan dukungan terhadap upaya para ilmuwan. “Ini adalah spesies yang penuh teka-teki,” katanya.
Meijaard mengungkapkan, langur abu-abu dipercaya merupakan subspesies dari monyet daun Indonesia (Presbytis hosei) yang juga terdapat di wilayah Malaysia di Borneo. Namun, ada dugaan bahwa langur abu-abu adalah spesies yang berbeda.
“Kami berpikir bahwa mungkin ini spesies yang berbeda. Ini menjadikan penemuan di Kalimantan ini jauh lebih penting,” kata Meijaard. 

Kera Emas Berhidung Pesek


Satu lagi spesies langka dari jenis kera ditemukan di daratan China, kera ini sangat langka dan tidak memiliki kebiasaan menahan napas seperti yang umumnya dilakukan kera-kera lain. Rambutnya memancarkan warna keemasan yang indah, yang dikombinasikan dengan sedikit paduan warna merah dan hitam. Kera keemasan ini telah menjadi fauna endemik dataran Tiongkok sejak berabad-abad lalu. Sejak saat itu pula spesies ini oleh para penulis dan seniman digambarkan sebagai hewan yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dengan mitos dalam kesusasteraan dan seni China. Ya, inilah kisah tentang kera langkaGolden Monkey yang paling memiliki kemiripan Si Raja Kera Sun Gokong.


Siapa yang tidak kenal Sun Gokong? Ia adalah tokoh legenda dalam dongeng kesusastraan China karangan Wu Cheng En yang termasyhur. Kera sakti ini memiliki ilmu yang mampu mengubah dirinya dalam 72 bentuk. Ia mampu meloncat sejauh 90.000 km. bulunya berwarna kuning keemasan dan mempunyai pandangan yang jauh. Karena ulahnya mengobrak-abrik istana langit, sang Buddha pun menghukumnya selama 500 tahun dalam himpitan gunung batu. Akhirnya seorang biksu bernama Tang san Zang menolongnya dan mereka pun memulai perjalanan ke barat untuk mengambil kitab suci.

Entah apa yang menginspirasi si pengarang untuk menggambarkan seekor kera sakti berbulu emas yang sangat melegenda bagi rakyat China. Sosoknya yang lincah tekstur wajah yang unik, serta ciri fisik dari monyet sakti ini, cuma dapat ditemukan dalam satu spesies kera yang terhitung langka dan dilindungi oleh pemerintahan China yaitu China Golden Monkey. Ya bisa jadi Wu Cheng En memulai imajinasinya setelah berjumpa dengan spesies kera unik ini.

Sebagai harta kekayaan China yang sangat berharga, Golden Monkey memiliki kemampuan bertahan hidup yang cenderung lebih kuat dibandingkan spesies kera lain di China. Mereka hidup di hutan-hutan pegunungan di China. Mereka memakan pucuk-pucuk daun, buah-buahan, bibit pinecone, kulit kayu, serangga, burung, maupun telur burung.

Namun status sebagai kera langka yang disandanganya, tidak serta merta membuat seluruh orang China berusaha menjaga kelestarian habitat kera yang bernama latinRhinopithecus roxellanae. Ada juga orang China memanfaatkan keindahan kilauan emas pada bulunya sebagai bahan untuk mantel. Selain itu, ada juga orang yang memanfaatkan daging dan tulangnya untuk obat herbal.




Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintahan China untuk melestarikan kera emas yang sangat langka ini. Di antaranya adalah pelestarian di kawasan hutan lindung Shennongjia yang terletak di bagian barat laut Provinsi Hubei, Tiongkok tengah. Tempat ini adalah hutan belantara yang memiliki lebih 3.700 jenis berbagai tumbuhan dan lebih 1.000 berbagai jenis binatang termasuk kera emas. Tempat ini disebut sebagai pusat gen tumbuhan dan binatang satu-satunya yang terpelihara utuh di daerah garis lintang tengah global.

Shennongjia luasnya lebih 3.200 km persegi. Dengan 70 persen dari wilayah dilingkupi hutan lindung. Selain itu, Shennongjia memiliki pula ekosistem hutan subtropik satu-satunya yang terpelihara baik dan utuh di daerah garis lintang tengah di dunia sekarang ini. Dengan adanya ekosistem primitif dalam kondisi yang baik, keanekaragaman biota yang melimpah dan kondisi cuaca yang nyaman, maka Sehennongjia disebut sebagai “Khazanah Hijau” dan “Taman Fauna dan Flora Alamiah”.

Kera bulu emas yang disebut sebagai makhluk indah Shennongjia adalah jenis binatang terancam punah yang menuntut adanya lingkungan ekologi paling baik. Seiring dengan perbaikan lingkungan ekologi di Shennongjia pada tahun-tahun belakangan ini, populasi kera bulu emas bertambah dari lebih 600 ekor pada masa paling sedikit menjadi lebih 1.200 ekor sekarang ini, dan menjadi pemandangan unik di Shennongjia.

Pejabat pemerintah, Qian Yuankun mengatakan,”Ada orang khawatir, kera bulu emas yang terancam punah tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya di Shennongjia, dan Shennongjia akan lenyap dari bumi. Tapi kita sekarang dapat dengan yakin mengatakan bahwa Tiongkok telah berhasil melindungi Shennongjia, jumlah kera bulu emas akan terus bertambah, lingkup kegiatannya akan semakin luas. Shennongjia mendapat perlindungan efektif di Tiongkok dan semakin mempesona. Shennongjia di masa depan akan menjadi taman yang indah lingkungannya dan harmonis hubungan antara manusia dan alam,” tuturnya.

Pemerintah daerah hutan Shennongjia pada awal tahun 1990-an sementara melakukan konservasi titik berat atas Shennongjia. Secara moderat telah mengembangkan pariwisata ekologi. Apapun itu, melalui Shennongjia pemerintahan China dapat dikatakan berhasil menjaga kelestarian kera berbulu emas.


Kera berbulu emas ternyata memiliki jenis lain yang sangat langka bahkan hampir punah. Jenis kera emas ini disebut kera emas berhidung pesek. Spesies kera emas berhidung pesek (Rhinopithecus roxellana- Snub Nosed), spesies yang lebih langka dibanding panda raksasa, secara mengejutkan telah muncul lagi dalam populasi empat kali lipat dibanding dua dekade terakhir.

Kera ini hidup di ketinggian pegunungan Yunling Tibet barat laut Yunnan (Cina barat-daya).Kera emas ini adalah spesies yang paling sukar ditangkap. Spesies ini cocok dengan lingkungan yang paling ekstrem dari 3.000 hingga 4.500 meter (9.800 sampai 14.800 kaki), di mana suhu mungkin turun di bawah titik beku. Hari ini ada kurang dari 2.000 ekor Kera emas Yunnan yang terancam punah dan membutuhkan perlindungan. Peradaban manusia telah menyingkirkan hewan ini ke jajaran pegunungan yang justru menghindarkan mereka dari ambang kepunahan.

Selain di Yunnan, kera emas berhidung pesek yang hanya ditemukan di sebelah barat daya Provinsi Guizhou ini jumlahnya bertambah dari sekitar 200 ekor pada awal tahun 1980-an, menjadi sekitar 800 ekor, ungkap kantor berita Xinhua. Walau jumlahnya bertambah, namun hewan ini masih dianggap langka, demikian dikatakan seorang ahli primata. Perburuan liar dan kebakaran hutan adalah dua ancaman utama terhadap populasi monyet-monyet ini, kata Yang Yeqin, direktur Cagar Alam Nasional Fanjingshan Guizhou, tempat di mana monyet-monyet ini hidup.

Hewan cantik ini juga sangat rawan terhadap penyakit-penyakit manusia, seperti tuberculosis, kolera dan cacar air, kata Yang. Para peneliti yakin, jumlah monyet hidung pesek ini tidak akan meningkat lagi dengan cepat walau habitat mereka diperluas. Kebalikannya, jumlah mereka bisa menurun drastis bila tempat hidupnya dipersempit, dan mungkin mengakibatkan kepunahannya. Guna menjaga keberadaannya, para ahli menyarankan agar wilayah tempat tinggal monyet-monyet emas diperluas, perlindungan dan pengawasan diperketat, serta dipastikan ada program pengembangan populasi yang baik.

Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)



Klasifikasi Ilmiah:
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Primata
Famili: Cercopithecidae
Genus: Macaca
Spesies: Macaca fascicularis (Raffles, 1821)


Monyet Ekor Panjang atau Macaca fascicularis memang monyet populer. Monyet dengan ekor panjang inilah yang sering kita lihat. Selain populasi monyet jenis ini cenderung masih banyak, kemampuannya beradaptasi membuat monyet ekor panjang terbiasa dengan kehadiran manusia sehingga banyak dipelihara. Bahkan monyet ini populer dipergunakan dalam atraksi “topeng monyet”.


Dalam bahasa Inggris, monyet ekor panjang dinamakan Crab-eating Macaque atau Long-tailed Macaque. Sedangkan dalam bahasa latin (nama ilmiah) primata ini dinamai Macaca fascicularis yang bersinonim dengan Macaca irus.
Di beberapa daerah di Indonesia, Monyet Ekor Panjang disebut dengan berbagai nama seperti Bojog (Bali), Kethek atau Munyuk (Jawa), Monyet, Kunyuk atau Onces (Sunda).
Monyet yang berkerabat dekat dengan Beruk Mentawai dan Monyet Hitam Sulawesi ini sering dijadikan hewan peliharaan juga juga sering dimanfaatkan untuk keperluan penelitian medis dan sebagai hewan percobaan. Di Indonesia Monyet Ekor Panjang sering juga dijadikan pertunjukan topeng monyet.Description: Monyet Ekor Panjang
Diskripsi Monyet Ekor Panjang. Saat dewasa Monyet Ekor Panjang mempunyai panjang tubuh sekitar 38-55 cm ditambah ekor sepanjang 40-65 cm. Berat tubuh Long-tailed Macaque berkisar antara 5-9 kg untuk jantan dan 3-6 kg untuk monyet betina.
Bulu Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) berwarna coklat keabu-abuan hingga coklat kemerahan dengan wajah berwarna abu-abu kecoklatan serta jambang di pipi berwarna abu-abu, terkadang terdapat jambul di atas kepala. Hidungnya datar dengan ujung hidung menyempit. Monyet ini memiliki gigi seri berbentuk sekop, gigi taring dan geraham untuk mengunyah makanan.
Monyet Ekor Panjang hidup berkelompok dengan anggota antara 5 hingga 40-an ekor lebih. Dalam satu kelompok terdapat 2-5 pejantan dengan jumlah betina 2-5 kali lipatnya dengan salah satu monyet jantan sebagai pemimpin kelompok. Seekor pejantan biasanya melakukan perkawinan dengan beberapa betina sekaligus.
Monyet yang populer dipelihara dan dijadikan hiburan topeng monyet termasuk hewan omnivora. Makanannya bervariasi mulai dari buah, daun, bunga, umbi, jamur, serangga, siput, rumput muda, bahkan kepiting. Meskipun mayoritas yang dikonsumsi adalah buah-buahan.
Persebaran dan Subspesies Monyet Ekor Panjang. Primata ini mampu hidup dalam beragam ekosistem mulai dari hutan bakau di pantai, dataran rendah hingga pegunungan dengan ketinggian 2.000 meter dpl. Monyet jenis ini tersebar luas di kawasan Asia Tenggara dan Selatan mulai dari Banglades, Brunei, Filipina, India, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Timor Leste, dan Vietnam.
Di Indonesia Monyet bernama latin Macaca fascicularis ini dapat dijumpai di Bali, Bangka, Bawean, Belitung, Jawa, Kalimantan, Kangean, Karimunjawa, Karimata, Lombok, Nias, Nusa Tenggara, Simeulue, Sumatra, Sumba, Sumbawa, dan Timor.
Di seluruh dunia terdapat sepuluh subspesies Monyet Ekor Panjang (Crab-eating Macaque). Subspesies (anak-jenis) itu antara lain:
§  Macaca fascicularis fascicularis; Tersebar luas di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
§  Macaca fascicularis fuscus; endemik pulau Simeulue, Sumatra, Indonesia.
§  Macaca fascicularis lasiae; endemik pulau Lasia, Sumatra, Indonesia.
§  Macaca fascicularis tua; endemik pulau Maratua, Kalimantan, Indonesia.
§  Macaca fascicularis karimondjawae; endemik pulau Karimunjawa, Indonesia.
§  Macaca fascicularis aureus; Bangladesh, Laos, Myanmar, dan Thailand.
§  Macaca fascicularis umbrosus; Pulau Nicobar, India.
§  Macaca fascicularis condorensis; Vietnam.
§  Macaca fascicularis philippensis: Filipina.
§  Macaca fascicularis atriceps: Thailand.
Konservasi Monyet Ekor Panjang. Populasi Monyet Ekor Panjang secara umum masih dianggap aman sehingga IUCN Redlist mengkategorikannya dalam status Least Concern. Dan oleh CITES didaftar sebagai Apendiks II. Bahkan di Indonesia, primata ini juga bukan termasuk salah satu binatang yang dilindungi.
Namun lantaran perburuan besar-besaran yang terus terjadi, pemanfaatan M. fascicularis khususnya untuk pasar ekspor telah diatur dalam Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 26/Kpts-II/94 tanggal 20 Januari 1994 tentang Pemanfaatan Jenis Kera Ekor Panjang (Macaca Fascicularis), Beruk (Macaca Nemestrina) dan Ikan Arwana (Scleropagus Formosus) untuk Keperluan Ekspor. Yang mana dalam peraturan ini pemanfaatanMacaca fascicularis untuk keperluan eksport harus berasal dari hasil penangkaran.
Meskipun bukan satwa yang dilindungi dan populasinya masih banyak bahkan dibeberapa kawasan lindung pernah diberitakan kelebihan populasi monyet jenis ini dan di beberapa daerah kerap menjadi hama para petani, namun bukan berarti keberadaan satwa ini aman.
Justru karena lantaran tidak termasuk satwa yang dilindungi monyet jenis ini paling rentan terhadap ekspoitasi baik diburu, diperdagangkan, dan dijadikan objek tontonan. Ditambah dengan tingkat deforestasi yang terjadi dan penyempitan luas hutan di Indonesia, bukan tidak mungkin Monyet Ekor Panjang akan ikut terancam.